
Indonesia terus berjuang melawan penyelundupan narkoba. Selain itu, Indonesia menduduki peringkat ketiga dunia dalam perdagangan dan penyalahgunaan narkoba, setelah Meksiko dan Kolombia.
Maka dari itu Badan Narkotika Nasional, bersama dengan stakeholder lain, bertanggung jawab atas pencegahan, penyalahgunaan, dan peredaran gelap bahan adiktif di Indonesia sangat berperan aktif. Dalam hal ini, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah rehabilitasi.
Relapse atau kambuh pasca rehbailitasi adalah perilaku penggunaan kembali narkoba oleh pecandu pasca rehabilitasi, ditandai dengan adanya perasaan adiktif setelah putus zat. Banyak orang yang baru pulih dari kecanduan narkoba selalu menghadapi risiko kambuh.
Hal ini karena penggunaan narkoba kronis dapat menyebabkan perubahan struktural dan fungsional tertentu di otak yang bertahan bahkan setelah rehabilitasi. Menurut Kamus Oxford relapse adalah kembalinya ke kondisi atau kebiasaan buruk setelah berusaha berhenti atau memperbaikinya.
Menurut British Standard Institute Relaps adalah kembali ke bentuk awal maloklusi setelah dikoreksi. Akan tetapi untuk pasien, relaps lebih baik diartikan sebagai perubahan apapun dari posisi akhir gigi setelah perawatan.
Relapse dapat disebabkan oleh faktor internal, seperti kecenderungan adiktif, serta faktor eksternal, seperti tekanan sosial atau lingkungan yang mempengaruhi perilaku penggunaan narkoba kembali. Berikut beberapa faktor penyebab relapse :
- Kepribadian Adiktif : Sifat-sifat seperti manipulatif, malas, bohong, detensif, implusif, kompulsif, dan lain-lain yang dapat mempengaruhi kecenderungan seseorang untuk kembali ke perilaku adiktif
- Sistem Kepercayaan yang Salah: terdapat zat adiktif, menyebabkan individu tetap menggunakannya lagi.
- Kurangnya dukungan sosial: Kurangnya dukungan sosial dapat memperburuk kondisi seseorang yang sedang dalam pemulihan, sehingga risiko relapse menjadi lebih tinggi
- Stres Lingkungan: Stres yang berlebihan dapat menyebabkan seseorang kembali mengandalkan kecanduan atau merasa putus asa, sehingga meningkatkan risiko relapse. Beberapa contohnya yaitu, tekanan sosial, ekonomi, atau personal yang mempengaruhi keputusan individu untuk menggunakan narkoba kembali.
- Kehilangan pekerjaan atau kehilangan orang yang dicintai: Kejadian hidup yang menekan, seperti kehilangan pekerjaan atau kehilangan orang yang dicintai, juga dapat menjadi pemicu terjadinya relapse
Relapse pada narkoba memiliki dampak yang signifikan baik secara individu maupun sosial.
Dampak pada Individu:
- Kemajuan hilang: Setelah menjalani pemulihan yang mungkin sulit dan memakan waktu, relapse membuat kemajuan yang diraih seolah hilang. Hal ini bisa menyebabkan perasaan frustrasi, malu, dan putus asa.
- Perawatan Intensif: Tergantung jenis kecanduan dan parahnya relapse, mungkin diperlukan perawatan ulang atau perawatan yang lebih intensif dari sebelumnya. Ini bisa menjadi pukulan berat secara fisik dan mental.
- Masalah kesehatan: Kecanduan dan relapse dapat menyebabkan masalah kesehatan fisik dan mental. Relapse dapat memperburuk kondisi kesehatan yang sudah ada atau menimbulkan masalah kesehatan baru.
Dampak Sosial:
- Rusaknya hubungan: Relapse dapat merusak hubungan dengan keluarga, teman, dan rekan kerja. Ketidakmampuan untuk memenuhi tanggung jawab atau perubahan perilaku akibat kecanduan dapat menyebabkan konflik dan keretakan hubungan.
- Kehilangan kepercayaan: Membangun kembali kepercayaan setelah relapse bisa menjadi hal yang sulit. Orang-orang terdekat mungkin merasa kecewa dan ragu untuk memercayai keseriusan individu dalam pemulihan.
Isolasi sosial: Karena malu atau takut dicap, individu yang relapse mungkin menarik diri dari lingkungan sosial. Ini bisa memperparah perasaan terisolasi dan membuat pemulihan menjadi lebih sulit.